Sunday 17 August 2014

Kegiatan Ospek, Masih Perlu kah? (sebuah catatan dari ketua panitia OSPEK)

|3 comments

      Kegiatan Orientasi pengenalan kehidupan perkuliahan atau yang biasa disebut dengan  OSPEK merupakan agenda tahunan yang diselenggarakan oleh pihak kampus untuk menyambut datangnya mahasiswa baru. Yang menyelenggarakan acara ini adalah pejabat kampus baik di tingkat pusat maupun fakultas dan yang menjadi panitia pelaksananya adalah organisasi kemahasiswaan yang diwakili oleh Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM)
            Ospek sering disebut sebagai ajang pamer senioritas dan balas dendam bagi kakak tingkat kepada yuniornya. Bagaimana tidak? Dalam kegiatan Ospek terdapat serangkaian kegiatan yang ditujukan untuk membentuk karakter mahasiswa baru dalam menghadapi perkuliahan.  Berbagai kegiatan dirancang untuk membentuk kedisiplinan mahasiswa baru,mulai dari pembarisan sebelum mengikuti kegiatan,kemudian berbagai tugas yang diberikan untuk membiasakan mahasiswa baru menghadapi tugas dari dosennya, serta belum lagi hukuman yang diberikan oleh panitia apabila tugas yang dikerjakan oleh mahasiswa baru itu salah.
Semua kegiatan tersebut sebenarnya tujuannya bagus untuk membentuk karakter dan kepribadian mahasiswa baru,namun pada kenyataannya tidak semua mahasiswa lama sebagai panitia mampu menerjemahkan tujuan tersebut. Justru fakta di lapangan menunjukkan jika panitia Ospek hanya membentak bentak tanpa didasari alasan yang jelas, kemudian main hukum sana sini tanpa sebuah penyebab yang pasti,belum lagi tugas yang diberikan melenceng dengan  tujuan kegiatan yang sudah ditetapkan, maka tak salah jika Ospek sering disebut sebagai ajang pamer senioritas dan balas dendam bagi kakak tingkat kepada yuniornya.
Sebenarnya menjadi sebuah dilema tersendiri juga ketika sekarang kegiatan Ospek tidak mengizinkan adanya unsur bentak bentakan. Hal ini terjadi karena terungkap kejadian bahwa Ospek di beberapa kampus  diwarnai dengan unsur kekerasan.  Bahkan yang terbaru kegiatan Ospek di Institut Teknologi Nasional Malang berujung pada kematian salah satu mahasiswa baru. Menjadi sebuah dilema karena ada anggapan jika mahasiswa baru pada kegiatan Ospeknya tidak dibentak bentak maka karakter dan kedisiplinannya tidak terbentuk serta tidak menghormati orang yang lebih tua darinya.
Seakan menjawab akan problematika di atas kampus Universitas Negeri Malang menghadirkan konsep Ospek yang dinamakan dengan Pengenalan Kehidupan Perguruan Tinggi (PKPT) berbasis kelas dan dikemas lebih humanis dengan menekankan unsur akademis. Pada kegiatan ini tidak diperbolehkan adanya pembarisan, pemberian tugas yang tidak sesuai dengan tujuan kegiatan, maupun adanya unsur bentak bentak. Semua kegiatan dilaksanakan di dalam ruangan kelas  dan berisi materi materi seputar kegiatan akademis maupun non akademis penunjang perkuliahan yang ditujukan untuk mempercepat adaptasi para mahasiswa baru.
Pengalaman penulis sendiri sebagai ketua panitia PKPT Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Malang tahun 2014 menunjukkan jika tanpa disertai dengan unsur bentak bentakan mahasiswa baru tetap menunjukan sikap kedisplinannya. Indikatornya terbukti dari acara yang dimulai pukul 06.30 tetapi mahasiswa sudah hadir di tempat sejak pukul 06.00 dan tidak ada peserta yang terlambat,kalaupun ada jumlahnya hanya dua atau tiga. Walaupun masih banyak yang beranggapan jika kedisiplinan tersebut hanyalah kedisplinan semu dan hanya ada pada kegiatan ospek saja . Tetapi walaupun banyak yang beranggapan begitu bagaimanapun juga kita tetap harus berprasangka baik dan mengapresiasi kedisiplinan awal mahasiswa baru sebagai pijakan dasar untuk  membentuk sikap kedisiplinan selanjutnya.  Dengan menginstruksikan kepada seluruh panitia untuk menyambut para mahasiswa baru dengan senyuman dan tangan terbuka ternyata mampu membuat mereka merasa diperhatikan dan nyaman sehingga secara perlahan mulai tumbuh rasa hormat kepada orang yang lebih tua darinya.
Walaupun di luar sana masih banyak yang beranggapan jika kegiatan ospek yang tidak disertai dengan bentak bentakan hanya akan menghasilkan generasi robot atau generasi bebek yang selalu menurut dan mengikuti instruksi maupun perintah. Namun perlu disadari juga bahwa zaman terus berkembang di segala lini dan sekarang semua bisa dengan mudah mengakses informasi. Hal tersebut membuat  generasi pemuda sekarang begitu kritis karena mereka berbekal informasi yang begitu mudah mereka cari. Oleh karena itu diperlukan sebuah formulasi baru dalam kegiatan pengenalan atau orientasi kehidupan kampus, hal ini bertujuan agar kegiatan ospek tidak hanya berbekal kegiatan bentak bentakan tanpa tujuan serta tidak menghasilkan generasi bebek yang bisanya hanya mengikut saja. Atau bisa jadi kegiatan orientasi dibentuk seperti yang sudah dilakukan di PKPT Universitas Negeri Malang yang berbasis kelas dan mengedepankan unsur akademis ditambahkan dengan kegiatan baris berbaris yang dipimpin langsung oleh tentara sehingga kegiatannya jauh lebih tertata dan jauh dari unsur senioritas panitia. Bagaimanapun bentuk kegiatannya,  orientasi pengenalan kampus harus menjadi ajang percepatan adaptasi bagi mahasiswa baru dan tidak boleh jauh dsari esensi tujuannya yaitu membentuk kepribadian mahasiswa sebagai agent of change . Sebab di tangan mahasiswa lah berbagai peristiwa besar di bangsa ini terjadi.

Friday 18 July 2014

25 KM Lebih Jarak Tempuhmu, 25 Tahun Lebih Pengabdianmu

|0 comments

          Salah satu profesi yang dianggap sebagai tonggak kesuksesan pembangunan sumber daya manusia sebuah bangsa adalah profesi guru. Betapa tidak? Guru adalah ujung tombak pelaksanaan pendidikan baik yang diadakan di lingkungan pendidikan formal maupun pendidikan non formal. Guru dalam terminologi Jawa merupakan singkatan dari kata Digugu dan Ditiru yang artinya bahwa segala sikap dan tindak tanduk seorang guru harus menjadi contoh yang  baik bagi peserta didiknya. Hal ini berlaku bagi semua guru dan salah satunya adalah guru Pendidikan Agama Islam.
          Salah seorang guru Agama yang benar benar menjadi sosok yang digugu dan ditiru adalah bapak Imam Bukhori. Beliau adalah guru PAI di SDN Minggiran 2 kec. Papar Kabupaten Kediri. Sudah sejak tahun 1980an beliau mengabdikan diri untuk mengajar di sana. Meskipun beliau tidak memiiki gelar sarjana dan hanya memiliki ijazah penyetaraan Diploma II setelah lulus dari PGAN 6 tahun Kediri. Namun itu semua sama sekali tidak menyurutkan langkah beliau untuk dengan tulus mendidik generasi penerus bangsa dengan bekal pendidikan agama yang sangat berguna. Padahal jarak dari rumah ke sekolah adalah lebih dari 25 KM dan itu setiap hari ditempuh oleh beliau dengan rasa suka cita dan tak ada rasa mengeluh sedikitpun di dalamnya.
          Sebagai putranya,tentu saya sesekali merasa iba dengan kondisi bapak yang setiap hari harus berkendara sepanjang   50 KM. Apalagi usia bapak sekarang sudah menginjak usia 58 tahun yang artinya 2 tahun lagi tugasnya usai sebagai abdi negara. Atas nama faktor kesehatan kami pihak keluarga juga menyarankan sejak umur 50-an agar beliau mutasi kerja dan mengajar di SD terdekat saja,namun atas nama dedikasi dan pengabdian pula beliau menolak saran tersebut dan memilih untuk terus mengabdi di SDN Minggiran 2 walau begitu jauh jaraknya.
          Sebagai seorang pegawai negeri kami sangat bersyukur atas upah yang diberikan oleh pemerintah kepada bapak saya sebagai bentuk apresiasi atas pekerjaan dan dedikasi yang sudah dilakukan oleh bapak Imam Bukhori.  Berbagai kebijakan seperti  gaji ke 13 dan sertifikasi yang diberikan oleh pemerintah telah banyak membantu perkenomian keluarga kami. Namun sesekali tunjangan yang harusnya diterima tepat waktu tersebut terkadang tidak diberikan sesuai waktunya. Itulah yang membuat perkenomian keluarga kami menjadi gali lubang tutup lubang. Tetapi meskipun begitu Bapak tidak pernah menyalahkan pemerintah karena menurutnya memang seperti itulah konsekuensi menjadi seorang abdi negara. Sungguh mulia hati bapak saya, di saat guru guru lain menghalalkan segala cara untuk mendapatkan kenaikan pangkat maupun tunjangan sertikasi namun bapak saya dengan tegas menolak cara tersebut dan lebih memilih untuk fokus mengabdi untuk mengajar dengan profesional. Terakhir bapak berpesan kepada kami bahwa pendidikan  adalah segala galanya, bahkan bapak dengan kerja keras mampu menyekolahkan saya hingga sampai bangku perguruan tinggi. Oh bapakku 25 kilometer lebih jarak tempuhmu, 25 tahun lebih pengabdianmu,  tak terhitung pula berapa peserta didik yang sudah kau tularkan ilmumu, dan akan terus mengalir pahalamu.Salam hormat juga untuk seluruh guru di Indonesia

Saturday 5 July 2014

2 Amerika vs 2 Eropa di 4 Besar Piala Dunia

|1 comments

Wednesday 2 July 2014

4 Amerika vs 4 Eropa di 8 Besar Piala dunia

|0 comments